RESIN PENUKAR ION
I.
A. Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu antara lain :
a.
Dapat
mengetahui dan memahami teknik pemisahan dengan metode resin penukar ion
b.
Dapat menentukan kapasitas resin penukar ion
c. Dapat melakukan pemisahan ion logam Zn dan Mg dalam larutan
campuran dengan teknik resin penukar ion.
B. Prinsip Percobaan
Prinsip
percobaan dalam praktikum ini yaitu melakukan pemisahan dengan teknik resin penukar ion
berdasarkan pada jumlah gugus ion yang dapat dipertukarkan yang terkandung
dalam setiap gram bagian resin tersebut.
II. Teori
Di tahun
1935 Adam dan Holmes membuat resin sistesis pertama dengan hasil kondensasi
asam sulfonat fenol dengan formaldehid. Semua resin-resin ini memiliki gugusan
reaktif ─OH, ─COOH, ─HSO3 sebagai pusat-pusat pertukaran. Gugusan
fungsional asam (atau basa) suatu resin penukar ditempati oleh ion-ion dengan
muatan berlawanan. Ion yang labil adalah H+ pada penukar kation..
resin dengan gugusan sulfonat atau amina kuartener adalah terionisasi kuat,
tidak larut dan sangat reaktif. Resin-resin demikian dengan gugusan yang
terionisasai kuat seperti HSO3 , R3NH disebut sebagai
penukar kuat, sedangkan gugusan ion yang terionisasi secara parsial seperti
> COOH, ─OH, dan NH2 dikenal sebagai resin penukar yang lemah. Tingkat
ionisasinya dapat diketahui dengan mentitrasi resin dengan menggunakan basa
(Khopkar, 2003).
Resin penukar ion dapat didefinisi sebagai
senyawa hidrokarbon terpolimerisasi, yang mengandung ikatan hubung silang (crosslinking)
serta gugusan-gugusan fungsional yang mempunyai ion-ion yang dapat
dipertukarkan. Sebagai zat penukar ion, resin mempunyai karakteristik yang
berguna dalam analisis kimia, antara lain kemampuan menggelembung (swelling),
kapasitas penukaran dan selektivitas penukaran. Penggunaannya dalam analisis
kimia misalnya untuk menghilangkan ion-ion pengganggu, memperbesar konsentrasi
jumlah ion-ion renik, proses deionisasi air atau demineralisasi air, memisahkan
ion-ion logam dalam campuran dengan kromatografi penukar ion (Mahmudi, 2008).
IV.
Hasil Pengamatan
A.
Data Pengamatan
1.
Penentuan
Kapasitas Resin Penukar Anion
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1. Resin penukar anion dipanaskan selama 15 menit
2. 1 gram resin kering + air suling
3. Resin ditetesi dengan NaNO3 0,25 M melalui
corong pisah
4. Ditampung dalam erlenmeyer
5. Dititrasi dengan larutan standar AgNO3 +
indikator kromat
|
Resin kering
Sampel menetes
melewati kolom resin dan menjadi efluen yang akan ditirasi
Larutan berwarna
bening, setelah dititrasi terdapat endapan Ag2CrO4 yang
berwarna putih. Volume AgNO3 yang diperlukan 6,2 mL.
|
Reaksi
yang terjadi



OH- H+



2NaOH
+ K2CrO4 Na2CrO4 + 2KOH
Na2CrO4 + AgNO3 Ag2CrO4 +
NaNO3
Endapan
Penentuan Kapasitas :
C = 

=
= 3,1 g/ml

2.
Pemisahan ion logam Zn dan Mg dalam campuran
-
Penentuan konsentrasi Zn
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1. 25 ml efluent
diencerkan menjadi 100 ml
2. Ditambah
buffer pH 10 (2 ml)
3. Ditambah
indikator EBT
4. Dititrasi
dengan larutan standar EDTA 0,1 M
|
Larutan
berwarna bening
Larutan
berwarna merah anggur
Larutan
berwarna biru
|
-
Penentuan konsentrasi Mg
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
25 ml efluen diencerkan menjadi 100 ml dengan aquades
2.
Ditambah buffer pH 10 (2 ml)
3.
Ditambah 2 tetes indikator EBT
4.
Dititrasi dengan larutan standar EDTA 0,1 M
|
Larutan
berwarna bening
Larutan
berwarna merah anggur
Larutan
berwarna biru
|
EDTA dapat
berkoordianasi dengan sebuah logam melalui gugus dan nitrogen dan 4
a.
Zn
1 mol EDTA =
1 mol Zn
(M.V) EDTA =
(M.V) Zn2+
0,1 x 24 ml
= MZn x 25 ml
M Zn =
0, 096 M
|
a.
Zn
1 mol EDTA =
1 mol Zn
(M.V) EDTA =
(M.V) Zn2+
0,1 x 24 ml
= M Zn x 25
ml
M Zn =
0, 096 M
|
C. Pembahasan
Istilah pertukaran ion
secara umum diartikan orang sebagai pertukaran dari ion-ion bertanda muatan
listrik sama, antara suatu larutan dan suatu badan (bahan) yang padat serta
sangat tidak dapat larut, di mana larutan itu bersentuhan, zat padat itu harus
mempunyai struktur molekul dan terbuka, dan permeabel.
Resin penukar ion adalah suatu senyawa
polimer tinggi organik dimana terdapat gugusan fungsional yang mengandung
ion-ion yang dapat ditukar. Kalau ion yang dapat ditukar itu adalah kation,
maka resin disebut resin penukar kation (cation exchange resin), tetapi bila
yang dipertukarkan adalah anion, maka disebut resin penukar anion (cation
exchange resin).
Bahan
resin penukar ion merupakan suatu jaringan hidrogen tiga dimensi yang lentur dan mengikat sejumlah
besar gugus yang dapat diionkan. Dan jaringan hidrokarbon yang banyak digunakan
saat ini adalah hasil kopolimerisasi antara stirena dan divinilbenzena, polimer
yang dihasilkan mempunyai ketahanan terhadap oksidasi dan reduksi serta tahan
terhadap goncangan mekanik. Maka berdasarkan hal tersebut untuk menentukan
kapasitas resin penukar ion pada percobaan ini, resin penukar ion yang
digunakan harus cukup terangkai silang sehingga kelarutannya dapat diabaikan,
harus cukup hidrofilik sehingga memungkinkan difusi ion-ion melalui struktur dengan laju yang
terukur dan berguna, resin menggunakan cukup banyak gugus penukaran ion yang
dapat dicapai dan harus stabil, dan resin yang sedang mengembang harus lebih besar
rapatannya dari pada air.
Kapasitas pertukaran
ion total dari suatu resin bergantung pada jumlah total gugus-gugus aktif ion
persatuan bobot bahan dan semakin banyak jumlah ion-ion itu, maka kapasitasnya
semakin besar. Kapasitas total pertukaran ion biasanya dinyatakan sebagai
mili-ekuivalen per gram penukar ion.
Pada percobaan penentuan
kapasitas penukar ion dengan penukar anion digunakan resin anion berbentuk
zeroit 225 dalam bentuk klorida. Mula-mula resin dimasukan dalam kolom resin
dan kemudian ditambahkan air suling (aquades) setinggi 1 cm di atas permukaan
resin penambahan air ini bertujuan agar resin mengembang sehingga ion yang berada pada resin akan diaktifkan dan mudah dipertukarkan dengan ion lawan. Resin bersifat hidrofilik (menyukai air) sehingga ion-ion pada
resin akan bergerak bebas dalam pori-pori yang terisi air.
Penambahan eluent pada
kolom melalui corong pisah harus sama kecepatan penetesan kolom resin
(influent) yaitu dengan kecepatan 2 ml per menit. Hal ini bertujuan agar
mendapatkan proses pertukaran ion yang efektif karena laju alir mempengaruhi
proses ini. Jika keduanya memiliki kecepatan alir yang
yang berbeda maka akan berpengaruh terhadap konsentrasi effluennya sehingga
hasil yang diperoleh kurang efektif. Dan jika laju alir eluent lebih lambat dari pada
laju alir influent maka cairan yang berada dalam kolom resin akan turun ke
bawah dan resin akan mengering. Hal ini tidak bisa dibiarkan terjadi karena
jika resinnya kering maka ion-ion yang terdapat pada resin tidak dapat dipertukarkan
dengan ion-ion pada efluen karena akan memberi peluang masuknya
gelembung-gelembung udara ke dalam kolom sehingga proses pertukaran menjadi
tidak efektif.
Namun
kecepatan aliran efluen menjadi kendala dalam percobaan ini. Saat terjadi
proses elusi, cairan yang berada dalam kolom resin dikeluarkan dengan kecepatan
tertentu yang berpengaruh pada pengikatan kation oleh resin. Ketepatan mengatur
kecepatan aliran efluen 2 tetes/detik sulit dilakukan, sehingga menyebabkan
ketidakakuratan dalam melakukan hasil yang diperoleh.
Eluen (NaNO3) dijadikan sebagai
umpan, pada saat dialirkan ke dalam kolom resin terjadi gaya difusi dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah mampu mendorong ion-ion OH-
yang terkandung pada permukaan resin, sehingga resin penukar anion dapat
mempertukarkan ion-ion OH- dengan anion-anion lain secara ekivalen. Pada
perlakuan ini resin penukar anion ditambahkan larutan standara AgNO3
sehingga kesetimbangan bergeser dimana komplek anion terurai menjadi kationnya
kembali sehingga lepas dari resin. Di mana efluen yang diidentifikasi dengan
penambahan indikator kalium kromat diperoleh larutan berwarna bening dan
setelah dititrasi menghasilkan endapan AgNO3 yang berwarna putih
dengan persamaan reaksi sebagai berikut :

Dan berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh
kapasitas resin penukar anion adalah sebesar 1,5 mek/gram.
Pada
penentuan kapasitas resin kation digunakan Na2SO4 sebagai
eluen yang dialirkan melalui corong pisah. Eluen ini akan mengalami pertukaran
ion dengan resin, dimana yang dipertukarkan adalah ion positifnya. Dan setelah
semua effluent diperoleh, selanjutnya dititrasi dengan larutan basa, dalam hal
ini digunakan NaOH 1 M, yang sebelumnya telah ditambahkan dengan indicator PP. Dititrasi
dengan basa karena effluent yang dihasilkan merupakan suatu asam kuat yaitu H2SO4.
Dan setelah dititrasi maka kapasitas resin dapat ditentukan. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh kapasitas resin penukar kation sebesar 1,6 mek/gram, dengan
persamaan reaksi sebagai berikut :

Pada percobaan terakhir yaitu pemisahan ion logam
Zn dan Mg dalam campuran. Ketika 25 ml
efluen diencerkan menjadi 100 ml dan ditambah buffer pH 10 maka akan
menghasilkan larutan berwarna bening dan kemudian ditambah indikator EBT
menghasilkan larutan berwarna merah anggur. Dan setelah dititrasi dengan
larutan standar EDTA larutan berwarna biru. Pada saat
dielusi ulang antara logam Zn dan Mg diketahui bahwa yang akan keluar sebagai
effluent terlebih dahulu adalah logan Mg, dan yang tertinggal atau yang masih
terikat pada resin yaitu logam Zn. Hal ini terjadi karena didasarkan
kereaktifan dari masing-masing logam. Dimana diketahui bahwa logam Mg lebih
reaktif dari pada logam Zn. Sehingga Mg akan bereaksi terlebih dahulu dengan
eluen. Dan selanjutnya Zn dielusi ulang setelah Mg terelusi. Pada percobaan ini dipeoleh konsentrasi logam Zn adalah 0,096 M
sedangkan konsetrasi logam Mg adalah 0,094 M
V.
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Resin penukar ion merupakan polimer tinggi organik yang mengandung
gugus-gugus fungsional ionik dan merupakan salah satu metode pemisahan zat di
mana terjadi penggantian suatu ion yang terikat pada resin dengan ion lain.
2. Kapasitas
resin penukar anion yang diperoleh adalah sebesar 1,5 mek/gram dan kapasitas
resin penukar kation sebesar 1,6 mek/gram.
3. Konsentrasi
logam Zn yang diperoleh adalah 0,096 M sedangkan konsentrasi logam Mg adalah
0,094 M.
DAFTAR PUSTAKA
Antara, I.K. et al. 2008. Kajian Kapasitas Dan Efektivitas Resin Penukar Anion Untuk Mengikat Klor Dan Aplikasinya Pada
Air. FMIPA Universitas
Udayana. Bukit Jimbaran. Jurnal
Kimia 2 (2), Juli 2008 : 87-92
Bahti H. 1998. Kromatografi.
Universitas Padjajaran : Bandung.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI – Press.
Jakarta.
apa komentar anda ?
BalasHapus